Minggu, 25 November 2012

Lelaki bernama Arjuna ......



Andai sebuah novel, maka dia berada pada paragrap pertama dan akan selalu ada dari awal sampai akhir cerita. 

Lelaki itu bernama depan Arjuna. Kebetulan ibunya sangat terkiul-kiul pada Master Chef Juna. “Pembawaanya laki banget.” Ujarnya. Tak henti-hentinya dipandangi lewat layar kaca. Dalam jagad pewayangan, sosok Arjuna dikenal sebagai penengah Pandawa di negara Amarta. Mampu menjadi magnet bagi sebagian besar perempuan. Tanpa harus mengumbar kata-kata cinta. Begitulah seharusnya lelaki. Melalui Arjuna kita dapat belajar bahwa lelaki seharusnya memikat, bukan terpikat pada perempuan. Sebab, jika lelaki terpikat oleh kecantikan perempuan, maka kemungkinan besar akan dibelokkan cita-citanya. Seperti kata papatah bijak, “Setialah pada cita-citamu, bukan pasanganmu”. Lelaki yang mampu “memikat” maka pasangannya tak kuasa membelokkan cita-cita sosialnya. Bukankah sebaik-baiknya ibadah adalah berguna bagi sesama..?? 

Kebetulan juga Arjuna juga sangat jago bermain panah. Seharusnya para orang tua memberlakukan anak bagai sebuah panah. Seorang anak itu bagai “Anak panah yang keluar dari busurnya masing-masing”. Orang tua hanya sanggup mengarahkan arah anak panah, tetapi anak panah akan mencari cita-citanya sendiri sesuai dengan keinginannya. “Anakmu bukan anakmu...”

Pada suatu ketika, Raden Arjuna sedang bertapa selama 32 hari 32 malam. Ada apa dengan angka 32. Konon tak seorang sahabat dan orang-orang di sekitar Arjuna yang tau. Ternyata angka 32 menyimpan filosofis kehidupan. 3 ditambah 2 sama dengan 5. Itulah Panca wiwijangan (panca indera). Lalu, 3 kali 2 sama dengan 6. Sad wiwijangan (firasat). Dan jika 3 dipangkatkan 2 itu 9. Itulah jumlah lubang pada setiap insan. Babahan hawa sanga. Oiya jika 3 - 2 itu sama dengan 1. Bukankah hanya “satu” yang patut kita sembah?? ... Bukankah saat menghadapi problematika hidup kita harus mempertimbangkan dan menyeimbangkan antara panca indera, firasat, hawa nafsu. Serta berujung pangkal pada yang Maha Esa.. 

Nama tengahnya adalah Actarenkha. Jika ditelisik lebih dalam, actar berasal dari bahasa arab yang berarti langit keberuntungan. Dan bukan kebetulan juga lelaki itu lahir atas bantuan dr. Tutit Lazuardi, S.OG yang jika diartikan “lazuardi” itu juga “langit”. Lelaki itu langit dan perempuan itu bumi. Kemanapun lelaki berkelana pasti akan kembali pada bumi. Dan langit mengajarkan pada kita agar tidak sombong. “Di atas langit, masih ada langit” . Sedangkan Renkha tersendiri adalah utak-atik dari ERlik DiNa dan harendHiKA.

Nama terakhirnya adalah Lukiswara. Dalam bahasa jawa, “woro” berarti berani. “wara” juga diartikan sebagai bidadari. Jadi bisa dibilang Lukiswara adalah lukisan bidadari. Bagi saya, seorang perempuan yang mempertaruhkan nyawa demi melalui tahapan hidup untuk melahirkan bayi yang dikandungnya adalah bidadari yang sesungguhnya. Arjuna Actarenkha adalah lukisannya yang sangat berharga... dan  “Arjuna Actarenkha Lukiswara” nama lengkapnya. 

November 2012

Erlik-Dhika

Senin, 05 November 2012

Cinta pada sepotong daster

Lukisan: Basuki Abdulah

Pagi masih gerimis, Asri masih saja disibukkan dengan penataan makanan di atas meja. Dengan daster kesayangannya, tak kuasa menahan peluh yang senantiasa mengalir di tubuhnya. Lelakinya masih belum beranjak dari kamar. Seperti biasa, lelaki itu dibangunkan setelah persiapan meja makan selesai.

Sudah hampir 5 tahun Asri tinggal bersama lelakinya. Lelaki bukan satu-satunya. Ada pangeran kecil yang mulai beranjak dewasa. Bertiga. Dengan penuh kasih sayang sejak bayi diasuhnya. Pangeran kecil itu sudah siap berangkat sekolah. Asri dengan senang hati membangunkan, memandikan, bahkan menyuapi dengan cekatan. Kesibukan setiap pagi mendera. Tak pernah sekalipun mengeluh dibuatnya...


"Mas... Sudah siang, cepatlah bangun. Nanti kamu terlambat"... Suara Asri cukup membangunkan lelaki di atas ranjangnya. Dengan celana seadanya. Tanpa sehelai benangpun menutupi dada bidangnya. Lelaki itu segera bergegas menuju kamar mandi. Tak lupa tiap berpapasan di ruang makan. Sebuah kecupan manis mendarat di kening Asri. Kenangan pagi yang selalu membuat Asri tersenyum sepanjang hari...  

Lelaki itu cukup dikenal di daerahnya. Sebuah kota kecil yang dingin dan asri. Karir yang cemerlang tak membuat lelaki itu senang akan gemerlapan. Tak terkecuali dalam memilih pendamping hidup. Cukup perempuan sederhana yang mampu mengurus dan memberinya energi tuk bekerja.  Cukup dengan perempuan yang setia dengan dasternya. Yang mau mambangunkan, mamandikan, menyuapi dan menjemput pangeran mungilnya. Tak ada harta apapun di dunia yang berharga selain anak dan perempuannya.

Hampir seluruh kota mengenal lelaki itu. Tak hanya oleh tampangnya yang rupawan, yang selalu membuat terpesona bagi perempuan menapun yang melihatnya. Dia bukan pimpinan daerah tapi pejabat birokrasi yang sangat disegani dan dihormati warganya. Kebijakan yang diambilnya selalu menyentuh hati masyarakat. Ide-ide keluar begitu saja dari kepala bak kupu-kupu yang keluar dari sarang. Karena kecerdasannya, banyak teman sejawat yang minta pertimbangan dalam memutuskan sebuah perkara.

Tiap waktu senggang siang tiba, tak lupa dia selalu pulang ke rumah. Tak lain tak bukan tuk menemui pujaaan hatinya. Asri. Tentu masih setia dengan daster yang membalut tubuh mungilnya. 

"Tumben mas.. jam segini udah istirahat" sapa Asri pada lelakinya

"Iya kebetulan tadi sedang survey lapangan, sekalian pulang ke rumah" sahutnya

"Mau dibuatin kopi mas..."

"Iya boleh....."

Kerika Asri sedang asik mengaduk-aduk kopi, tiba2 lelaki itu mendekapnya dari belakang. Asri pun sangat paham akan situasi seperti ini. Diapun selalu menginginkanya. Sebuah momen romantis bak cinta pangeran pada permaisuri yang selalu berakhir di ranjang asmara... 

Momen seperti inilah yang selalu menjadi candu mereka berdua. Memadu kasih setiap saat yang tak terduga. Lelaki itupun sadar, setelah melakukannya, begitu besar energi yang tercipta. Kebijakan-kebijakan yang keluar dari mulutnya tak henti-hentinya bergema. Ide-ide pun mengalir begitu saja. Pekerjaanya selalu berakhir dengan prestasi yang selalu mendera. Dia pun sadar bahwa, masa depan negara ini tergantung pada perempuan di dalamnya. Tiap pemimpin besar dunia atau orang yang sukses dibidangnya, pasti yang ditanya adalah siapa perempuan disampingnya.

Pernah pada suatu ketika, dalam sebuah rapat dengan pejabat di kotanya. Ada pejabat perempuan yang merasa kasihan pada kolega kerja sama yang sebagian besar para lelaki. Sang lelaki kekasih Asri-pun geleng-geleng dibuatnya. Dalam hati dia bergumam.. Pasti pejabat perempuan itu lupa bahwa endonesa pernah punya RA Kartini, Dewi Sartika atau Cut Nyak Dien. Pada saat itu, Cut Nyak Dien memberi syarat pada lelaki yang akan mempersuntingnya bahwa dia harus mampu mengusir penjajah dari bumi rencong. Walaupun ahirnya calon suaminya itu wafat di medan perang oleh Belanda. Begitulah seharusnya perempuan. Tak mudah mengasihani pada sosok lelaki... Perempuanlah yang memiliki kekuatan dan memberi kekuatan kepada lelaki.. Begitu seharusnya..

Sebelum keduanya benar-benar tertidur, Asri segera bergegas dari ranjangnya...

"Aduh mas, sudah jam 1.. Miko kan waktunya pulang..." dengan cekatan Asri memakai dasternya..

"Aku berangkat dulu ya mas, kalau mau makan sudah tak siapin di meja. Tak lupa aku buatain sambal kesukaanmu..." 

Lelaki itu tak kuasa berbicara. Napasnya masih terengah-engah dibuatnya... Sambil senyum bahagia, matanya sudah cukup mengantarkan kepergian Asri menjemput anaknya.

Tak seberapa lama teleponnya berdering... Sambil mengatur napas, lelaki itu segera menjawab telepon..

" Sayang... sekarang lagi dimana??"

" Miko ga apa2 kan? Semalam aku mimpi yang engga2, aku takut terjadi apa2 sama Miko" Anak kita satu-satunya..

" Ibu juga sehat2 aja kan..." Jangan suruh ibu antar jemput Miko tiap hari ya.. Kasihan!!!

" Aku mungkin seminggu lagi baru bisa pulang"

" Cuaca disini sedang buruk, sehingga jadwal pesawat sedang di delay.."

Lelaki itupun menjawab, " Cepat pulang ya sayang... Aku, anakmu dan ibumu disini selalu menunggumu"


November 2012

Follow me on twitter: @harend26



Rabu, 31 Oktober 2012

Masih relevankah konsep "Kota Hijau" diterapkan di kabupaten


www.koran-jakarta.com

Kota sebagai organisme akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan berjumlahnya jumlah penduduk. Telah muncul prediksi banyak ahli bahwa pada tahun 2030 sebesar 60% jumlah penduduk akan tinggal di kota. Sebagai organisme, maka kota juga memiliki daya tahan berupa daya dukung dan daya tampung wilayah. Pengembangan kota yang tidak terkendali hanya akan memunculkan permasalahan yang mengganggu aktivitas warganya. Permasalahan tersebut diantaranya kemacetan, banjir, polusi, pencemaran, kekumuhan, kriminalitas, kesenjangan sosial dan berkurangnya ruang terbuka. 

Menanggapi permasalahan tersebut, maka perlu solusi untuk menjamin aktivitas warga kota berjalan sesuai harapan. Konsep-konsep yang berwawasan lingkungan mulai dijadikan panglima dalam pengembangan kota. Muncul berbagai istilah pada even kontekstual diantaranya eco city, sustainable city, ecological city, smart city, kota hijau, dan kota berkelanjutan. Konsep-konsep tersebut  berusaha menjawab tantangan pengembangan kota di masa mendatang bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan berarti apa-apa jika warganya tidak memiliki rasa bahagia tinggal di kota.

Lalu pertanyaannya adalah seperti apakah konsep konsep hijau tersebut dan bagaimana konsep tersebut bekerja di kota yang tingkat kompleksitas permasalahannya sangat tinggi. Kota hijau merupakan kota yang memanfaatkan air energi secara efektif dan efisien, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (www.unep.org/wed). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kota hijau tidak hanya memperbanyak ruang hijau tetapi juga memiliki infrastruktur yang ramah lingkungan bagi warganya serta komunitas yang concern. Kota hijau memiliki atribut diantaranya green planning and design, green open space, green water, green waste, green community, green transportation, green energy dan green building. Ke-delapan atribut tersebut merupakan sistem yang harus sinergi dalam implementasinya.

Penerapan atribut kota hijau juga menemui berbagai hambatan diantaranya tingginya pendanaan, keterbatasan lahan untuk ruang hijau, perilaku masyarakat yang kontraproduktif dan destruktif, pesatnya jumlah penduduk serta orientasi pembangunan yang lebih ke ekonomi. Berbagai hambatan tersebut harus disikapi dengan dengan leadership yang pro green, politik anggaran pro green serta didukung oleh komunitas hijau.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan kota di kabupaten. Masih perlukah penerapan kota hijau di kota kecil yang masih terdapat lahan non terbangun yang cukup luas. Ruang hijau alamipun bisa mencapai lebih dari 30% sesuai dengan standar Undang-Undang. Sebagian besar kota kabupaten di Indonesia masih memiliki ciri pedesaan dengan adanya lahan pertanian sawah maupun tegalan. Kota di kabupaten juga jauh dari permasalahan seperti banjir sehingga tidak perlu green water dan green open space, kemacetan sehingga tidak perlu green transportation. Energi masih bisa tersuplai PLN sehingga tidak perlu green energy, dan bangunan tidak perlu “ditempeli” tanaman atap karena lingkungan sekitarnya masih hijau. 

Terkait dengan green open space, biasanya kota di kabupaten sudah memiliki hamparan sawah yang masih cukup luas. Jika sawah tersebut dialihfungsikan menjadi sebuah ruang hijau seperti taman (park), maka nilai ekonomis dari lahan tersebut akan hilang. Sebuah taman tidak akan memberikan nilai ekonomi bagi pemilik lahan. Pembangunan taman (park) juga dirasa tidak perlu karena secara ekologis ruang hijau di kota kabupaten masih melimpah (lebih dari 30%). 

Kalau begitu, masih relevankah konsep kota hijau dengan atributnya diterapkan di kota kabupaten. Sejenak, marilah kembali ke esensi dari kota hijau. Kota hijau harus dipandang sebagai sebuah instrumen untuk membuat warga kota hidup lebih bahagia. Kebahagiaan tersebut akan diraih jika kota menyediakan ruang seperti taman (park) bagi interaksi antar warga maupun interaksi dengan alam. Bahkan menurut psikolog, bahwa interaksi dengan alam dapat menurunkan tingkat derajat stres seseorang. Dalam sebuah acara TED-x, seorang arsitek @ridwankamil pernah berkata “ Kota yang baik adalah jika warganya mau keluar rumah secara sukarela “. Jika kita tidak tau mau pergi kemana, takut keserempet mobil, takut naik angkot, takut kebanjiran, takut menghirup polusi, takut kecopetan, takut ada tawuran, takut akan bau sampah berarti ada yang salah dengan kota tersebut. Bisakah konsep kota hijau mewujudkan kebahagiaan warganya?

Are You Happy???

Follow me on twitter : @harend26

Minggu, 30 September 2012

Sisi lain di balik sebuah peristiwa .....

Source: wayang.wordpress.com

Ada sebuah ungkapan : "Kita takkan pernah bisa merumuskan tujuan dengan baik tanpa tau dan mengenal darimana kita berasal" . Kemarin warga Trenggalek memperingati peristiwa yang terkenal dengan istilah "nyadran" atau bersih  Dam Bagong. Ritual ini digelar setiap tahun oleh masyarakat Trenggalek terutama petani di malam jumat kliwon. 

Kemudian, berbagai pertanyaan muncul di kepala saya. Apa sih sebenarnya ritual tesebut? Untuk apa memperingatinya? Siapa yang diperingati? dan kenapa harus dam yang ada di sungai Bagong... Dan terakhir kenapa harus kerbau sebagai hewan pengganti gajah putih. Bukan sapi, kambing, ayam bahkan kelinci.. heuheuheu

Setelah melalui pertapaan yang panjang dan semedi di alam Google, ternyata saya menemukan bahwa ritual warga perkotaan Trenggalek itu sebagai wujud rasa syukur dan permohonan keselamatan dari ancaman bahaya. Bersih dam bagong diperingati karena keberadaan Dam bagong sangat berarti bagi pertanian 4 kecamatan di Kabupaten Trenggalek. Dan tentunya yang diperingati adalah Ki Ageng Menak Sopal.. Siapa Ki Ageng Menak Sopal? Dia adalah orang yang mencetuskan pembangunan Dam setelah prihatin dengan kondisi pertanian di perkotaan Trenggalek yang sulit mendapatkan air. Terus, kenapa harus kerbau?? Ternyata kerbau memiliki berbagai keistimewaan yang dapat dilihat  DISINI - "Sang Prabu yang dipadakno kebo" -

Disini, perhatian saya tertuju pada keberadaan Dam dan saluran irigasi yang dibangun dan dikembangkan oleh Menak Sopal. Melalui prasarana sumber daya air tersebut, sangat mungkin pengembangan kota Trenggalek bermula. Pada awalnya, kota Trenggalek memiliki potensi yang sangat besar dibidang pertanian karena kesuburan tanahnya. Hal ini tak dapat dipungkiri bahwa kota Trenggalek adalah cekungan yang dikelilingi oleh deretan gunung. Cekungan menjadi subur ini terbentuk karena unsur hara dari gunung-gunung tersebut yang terbawa dan tergerus air hujan bahkan banjir sehingga mengendap di kawasan yang lebih datar. 

Melihat potensi tersebut, maka Menak Sopal membendung sungai Bagong dengan membangun dam. Selain jaringan jalan sebagai aksesibilitas penduduk, bangunan dam beserta jaringan irigasi membentuk kota Trenggalek. Jaringan irigasi dan jaringan jalan berfungsi sebagai  struktur ruang cikal bakal kota Trenggalek pada masa itu. Berdasarkan sejarah tersebut, maka bisa digarisbawahi bahwa perancangan kota pada masa lalu dipengaruhi oleh pengembangan jaringan irigasi untuk mengembangkan sektor pertanian. Trenggalek dirancang sang arsitek dengan konsep "Kota Pertanian".

Lalu, bagaimana pengembangan kota Trenggalek di masa depan?  Mari sejenak kita kembali ke ungkapan yang saya singgung di depan. Bahwa "Kita takkan bisa merumuskan tujuan dengan baik tanpa tau dan mengenal darimana kita berasal". Kota ini dibangun dan dikembangkan oleh arsitek kota yang sangat tau akan potensi dan permasalahan kota. Dengan mengenal asal - usul kota Trenggalek melalui kisah Menak Sopal, maka sudah seyogyanya para pengambil kebijakan dan perencana kota dengan bijak mengambangkan kotanya di masa depan. Memang tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan lahan pertanian (sawah) di perkotaan sangat rentan terhadap alih fungsi (konversi) lahan. Apakah kita mendukung konversi lahan tersebut demi modernisasi dan globalisasi. Saya rasa kurang bijak jika kita melegalkan alih fungsi lahan sawah di kota untuk pembangunan yang berlebihan. Harus dibatasi mana yang boleh dialihfungsikan mana yang harus dipertahankan.

Tak ada salahnya konsep "Kota Pertanian" diterapkan di perkotaan Trenggalek dengan tetap mempertahankan lahan sawah yang layak dipertahankan. Coba bayangkan 20 tahun mendatang, kita tetap bisa menikmati hamparan sawah yang hijau dan anak cucu kita pun dapat bermain layang-layang di dalamnya. Sebuah imajinasi yang tak mustahil jika kita memperjuangkannya. 

Melalui berbagai tradisi leluhur yang turun-temurun seperti bersih Dam bagong-lah kita dapat mengambil pelajaran. Terlepas dari kebenaran cerita tentang Menak Sopal dengan berbagai ritual gaib demi mewujudkan impiannya membangun dam dan jaringan irigasi. Boleh saja kita tidak percaya dan menganggapnya hanya sekedar mitos ataupun imajinasi belaka. Namun, bukti mahakarya sang arsitek berupa dam sudah ada sejak dulu. Jaringan irigasi kota tertata dengan rapi. Ratusan hektar hamparan sawah  teraliri. 

Terakhir tak usah sinis dan skeptis terhadap sebuah tradisi. Terlepas dari kebenaran yang sering diselimuti awan keragu-raguan. Yang jelas mari ambil sisi lain dari sebuah tradisi. Seperti ungkapan "Ada makna dibalik sebuah peristiwa" ... heuheuheuheu...

*Dam : bendungan kecil

Follow me on twitter : @harend26



Minggu, 09 September 2012

Senja Tlah Berpulang


Waktu menunjukkan pukul  16.35. Rebahan tubuh ini terasa nikmat setelah seharian disibukkan dengan agenda-agenda rapat di kantor. Ditemani dengan sebatang rokok dan segelas kopi, tubuh nya masih tersandar di balkon belakang rumah. Tempat favoritnya setiap datang senja. 

****

Ingatannya seakan kembali merembes lorong waktu dimana dia bersama teman-temannya selalu menghabiskan waktu bersama. Sepulang sekolah. Lima belas tahun yang lalu. Waktu dimana dia dengan bebas menendang bola di hamparan pasir putih keemasan. Tepi sungai. Ikan-ikan berlarian kesana kemari menyusuri bebatuan. Atau perang-perangan di tengah hamparan semak. Tak perlu bayar. 

Saat itu, pinggiran sungai tersebut seakan menjadi ruang publik tuk anak-anak bermain. Di sela-sela permainan mereka, muncul beberapa orang yang pengen buang hajat di sungai. Maklum, air sungai ini begitu jernih diselingi dengan gemericik air melewati bebatuan. Hal inilah yang mungkin mendorong orang-orang tersebut lebih senang buang hajat di sungai meskipun di rumah sudah memiliki wc masing-masing. Suara gemericik air akan meredakan beban hidup mereka. Mungkin.... 

Keisengan merekapun terkadang membuat orang-orang merasa jengkel. Lubang-lubang mereka gali dan ditutup dengan dedaunan dan sedikit pasir jadilah jebakan. Biasanya mereka mengawasi jebakan dari balik semak-semak sambil tertawa terkekeh-kekeh jika memakan korban... 

Setelah lelah bermain bola, anak-anak biasanya langsung menceburkan tubuhnya ke sungai. Tak jarang pula, mereka berkejaran dengan ikan. Ikan inilah yang akan menghapus rasa lapar setelah bermain. Dibakar. Kobaran api pun sedikit menghangatkan badan. 

Jika mereka bosan bermain-main di bibir sungai, anak-anak sesekali mencuri pandang mengintip orang-orang memancing. Tak jauh dari tempat mereka bermain, terdapat kolam pemancingan ikan. Di tempat itu, sering diadakan festival mancing yang mampu menyedot pemancing dari luar kota. Kadang pemancing dengan senang hati memberi ikan hasil tangkapan pada mereka. Nikmat sekali rasanya waktu itu..

****

Tak terasa kopi sudah menunjukkan ampasnya, asbak pun sudah penuh sesak dengan puntung rokok. Matahari pun sudah ada di balik gunung di ufuk barat. Langit masih keemasan. Namun sudah tak seindah ketika dia masih kecil. Kenangan itu masih dengan jelas di benaknya.. 

Tempat bermainnya ketika masih kecil sudah berubah wujud. Tak ada lagi hamparan pasir putih, tempat memancing ikan, sungai dengan bebatuan serta suara gemericik air. Ikan-ikan sudah tak sebanyak dulu. Tak ada lagi semak belukar tuk perang-perangan. Tak dapat lagi pergi kesana. Tak ada lagi. Terbangun dengan kokoh tembok tinggi. Hutan beton berdiri diantaranya. 

Sekarang tinggal kenangan. Padahal ada ungkapan “Kita takkan bisa merumuskan tujuan dengan baik tanpa tau dan mengenal asal-usul dengan baik”. Demi arus modernisasi “asal-usul” tersebut telah dilenyapkan. Modernisasi telah melenyapkan kenangannya bahkan anak cucunya tak dapat menikmatinya. Lantas, dimana kelak mereka bermain?? Kasihan sekali generasi sekarang.... Semoga mereka tak merasa dikasihani. Lelap... Senja telah pulang. Senja yang hilang. 

 
Follow me on twitter : @harend26 



Minggu, 02 September 2012

Wanita hamil, Silahkan makan gratis...... !!!
















Saat di perjalanan, tiba2 BB saya berdering tanda ada pesan BBM. Teman twitter saya mengirimkan pesan yang kira2 seperti ini :

Sardhono : Bro.... apa yang akan kau lakukan pada dunia jika kelak kau punya segalanya alias kaya raya?

Saya : Hmmmm.... bikin warung broooo... Cita2 saya sejak dulu kala - BT (before twitter).. hehehe -

Sardhono : simpel banget... tau ga brooo, Israel bisa nguasain dunia karena apa coba... Karena kaya raya brooo.. Di dunia ini apalah arti hidup kita tanpa duit brooo...

Saya : Sebenernya bro, jika kau peras lebih dalam lagi jg sama. Intinya wanita hamil.. heuheu

Sardhono : @%^*%$!*&$^

Saya : Sabar masbrooo... Visi misi tujuan dan kebijakan serta strategi saya bkin warung adalah... eng ing eng...

Sardhono : apaaaaaaa????

Saya : "SAYA GRATISKAN WANITA HAMIL" jika makan di warung saya... Karena saya sayin, bahwa kelak dari perut2 ibu hamil yang makan di warung saya. Kelak akan lahir pemimpin yang akan mengentaskan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri.... #MERDEKAAAA.. heuheu


- dan kemudian hening -





Follow me on twitter :

@harend26

Minggu, 26 Agustus 2012

Manusia 140 Karakter

Beberapa hari yang lalu, saya sedang asik bertwitter ria. Tiba-tiba salah satu dari teman berceloteh. Apa sih enaknya pakai twitter, sudah dibatasi 140 karakter lagi. Mendingan pakai jejaring sosialnya Mark Zuckenberg. Kebebasan status facebook bisa sampai memuat lirik lagu, cerpen, surat cinta, bahkan tulisan 1 bukupun dapat dimasukkan di status facebook. Eh, emang sampai segitunya ga ya...


Okeh... okeh fine...!!! Saya ga mau jelaskan mana yang lebih baik antara twitter dan facebook. Sudah banyak yang membahas mengenai 2 jejaring sosial yang sedang digandrungi jutaan umat manusia tersebut.  Itupun saya juga sudah sempat membahas sedikit mengenai kelebihan twitter dibandingkan dengan facebook DISINI

Tweeps, pada mulanya, saya juga bertanya-tanya mengapa Jack Dorsey (Pendiri twitter) hanya membatasi tweet sebanyak 140 karakter. Jadi kalaupun kita galau, tweet galau kita dibatasi 140 karakter.  Apa-apaan ini!! Hehehe...

Secara sadar ataupun tidak, dengan batasan karakter yang ada, twitter “memaksa” kita untuk mengemukakan sesuatu secara jelas, singkat, padat, efisien  sehingga mudah dimengerti. Pengguna mikroblogging twitter dituntut memutar otak agar pesan yang singkat tersebut mampu ditangkap dengan baik oleh pembaca/follower. Dalam kehidupan sehari-hari pun sering dijumpai orang yang bicaranya kalau diketik bisa sampai 1 halaman penuh padahal kalau ditarik benang merah, dapat diringkas dengan 3, 4 atau 5 kata. 

Sedikit kita gali lebih dalam, dengan keterbatasan maka terdapat peluang untuk memunculkan potensi dalam diri manusia. Dengan keterbatasan, maka akan senantiasa muncul ide2 yang mungkin tidak hanya berguna untuk diri sendiri tetapi juga orang lain. Seperti filosofis akar. Tentunya akar memiliki keterbatasan ruang gerak yang tak sebebas ranting dan daun. Ruang gerak akar terbatas karena berada dalam partikel tanah. Namun dengan keterbatasannya akar selalu berusaha menembus partikel tanah maupun partikel lainnya untuk mendapatkan air. Air inilah yang berguna untuk nutrisi tumbuhan secara keseluruhan. 

Dalam dunia kerja, sering kita dengar kata deadline. Deadline dalam pengertian sederhana adalah batas waktu. Tugas atau pekerjaan harus selesai sesuai dengan deadline. Sering kita pusing dibuatnya tetapi bila kita selami lebih jauh, dengan keterbatasan waktu maka tugas atau pekerjaan akan lebih terencana, terstruktur, fokus dan sistematis. Seperti juga saat ujian sekolah/kuliah/tes-tes lainnya juga dibatasi oleh waktu. Tujuan dari batasan tersebut tentunya untuk melihat kemampuan dan keterampilan peserta ujian dalam menyelesaikan masalah. 

Begitulah sekiranya hikmah di balik keterbatasan. Jadilah “manusia 140 karakter” dalam arti jadikanlah  keterbatasan sebagai “alat” untuk menjadi pribadi yang lebih baik karena dengan keterbatasan maka peluang, potensi, kemampuan dan intelektual seseorang dapat tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. 

“ Merdeka itu kebebasan, tetapi tetap harus ada batasan/limit. Sebab tanpa limit, kebebasan hanya akan melahirkan kefanaan”.

Follow Me on Twitter : @harend26