Keresahan warga Trenggalek akhirnya didengar oleh BMKG yang berlokasi di Tretes. BMKG Tretes mengungkapkan bahwa gemuruh yang terdengar ditimbulkan oleh aktivitas tektonik (gempa) dan pergeseran tanah dengan kedalaman 30 km sepanjang 30 titik sehingga menimbulkan gempa kecil sekitar 2,5 – 3 skala ritcher. Akibat gempa tersebut maka energi udara terdesak ke permukaan sehingga menimbulkan dentuman. Dentuman terdengar di beberapa lokasi mengingat kondisi topografi Kabupaten Trenggalek yang berbukit-bukit menyebabkan terjadinya gema dan gaung. (Jawa Pos, 19 Pebruari 2010)
Di tempat terpisah, Kepala PVMBG, Surono menjelaskan bahwa gempa bumi yang disertai bunyi dentuman di Kabupaten Trenggalek tidak diakibatkan oleh gempa tektonik apalagi dengan kedalaman 30 km. Bunyi dentuman yang terjadi ditimbulkan oleh longsoran (landslide). Longsoran yang membawa material yang cukup berat di atasnya akan menimbulkan bunyi dentuman. Dikiaskan oleh beliau adalah meja dengan beban di atasnya yang digeser maka akan timbul bunyi yang diakibatkan gesekan kaki meja dengan lantai. (detik, 21 Pebruari 2010).
Berbagai informasi simpang siur yang terjadi sebaiknya disikapi dengan bijaksana dengan melakukan mitigasi. Mitigasi perlu dilakukan untuk menghindari kerugian harta dan nyawa yang diakibatkan oleh bencana akibat tumbukan lempeng. Gempa tektonik sangat mungkin akan terjadi di Kabupaten Trenggalek karena letak geografisnya yang berpotensi mengalami gempa bumi. Selain itu teridentifikasi banyaknya sesar/ patahan di permukaan dan bawah permukaan bumi. Pergeseran sesar/patahan akan menggerakkan material di atasnya sehingga Kabupaten Trenggalek rentan terhadap bencana longsor mengingat 60% luas wilayah kondisi topografinya berbukit. Kondisi geologi dan sesar/patahan di Kabupaten Trenggalek dapat dilihat pada gambar.
Dengan banyaknya sesar/patahan maka kita patut waspada terhadap berbagai kemungkinan bencana yang terjadi sewaktu-waktu. Tumbukan lempeng indo-australia dan eurasia dapat memicu tumbukan lempeng di daratan oleh sesar/patahan tersebut. Selain itu efek sekunder dari gempa di laut adalah terjadinya Tsunami seperti yang terjadi di Aceh pada 2006 yang lalu.
Apa yang perlu kita lakukan??
“Mencegah lebih baik daripada mengobati”, begitulah istilah yang sering kita dengar sejak SD. Sebelum gempa bumi yang menimbulkan kerusakan terjadi, maka sangatlah bijak jika kita melakukan mitigasi. Strategi mitigasi bencana gempa bumi akibat tumbukan lempeng antara lain :
- Mendirikan bangunan vital dan strategis atau bangunan tempat konsentrasi banyak manusia dengan kontruksi tahan goncangan gempa.
- Penyusunan zoning regulation kawasan rawan bencana gempa bumi.
- Tidak membangun permukiman, sarana, prasarana di daerah tebing yang tidak stabil dan zona sesar/patahan.
- Tidak membangun infrastruktur bawah tanah yang memotong sesar/patahan.
- Membangun sistem pemecah gelombang.
- Membuat jalur hijau (mangrove) antara pantai dengan hunian masyarakat.
- Melakukan pelatihan kebencanaan terhadap masyarakat.