Rabu, 30 April 2014

Rencana Besar


Apa yang anda dengar ketika pertama kali mendengar "Rencana Besar". Rencana yang bombamtis, spektakuler, atau visioner. Nah, belum lama ini saya telah menuntaskan buku "Rencana Besar" - nya Tsugaeda.. Ah siapa Tsugaeda.. Orang Jepangkah? Ternyata Tsugaeda merupakan nama pena penulis novel Thriller Indonesia..

Oke.. Disini saya takkan melakukan resensi atas novel yang menurut saya layak mendapatkan 4 bintang. *TumbsUp. Pertama-tama saya tertarik melahap novel ini karena ketertarikan saya akan dunia Perbankan di Indonesia. Yups... Novel ini memiliki latar belakang perbankan beserta seluk beluk permasalahannya.

Dan... kebetulan istri ane saat ini bekerja di dunia perbankan dengan keluh kesahnya yang ditumpahkan setiap malam..


Dulu... saat baru saja wisuda. Terbesit di pikiran bisa bekerja di bank dengan kantor mentereng, ruang kerja ber-AC, serta gaji yang tinggi yang tentu saja membuat prestige yang baik bagi calon mertua. Hehehe... Tapi sudahlah.. Itu hanya masa lalu karena saya kerja di bidang yang lain..

*Curhat dikit gapapa ya*

Oke sudah dulu curhatnya. Here We Go...  *sambil masang ikat kepala*

Ada hal yang menarik perhatian saya ketika selesai membaca novel keren tersebut selain tentang perbankannya....
Di dunia ini segala sesuatunya connected alias terhubung dan bisa dihubung-hubungkan antara satu komponen dengan komponen yang lain dan membentuk sebuah sistem. (Everything is connected). Jika segala komponen-komponen tersebut bekerja sesuai dengan tujuan besarnya maka akan membuat sistem menjadi semakin kuat. Dalam sebuah sistem yang sangat kuat, akan sulit bagi siapapun untuk mengubah sistem tersebut.

***
Nah apa hubungannya dengan novel "Rencana Besar" nya Tsugaeda?

Saya baru sadar untuk mengubah suatu sistem dibutuhkan 3 buah kelompok karakter .

Pertama,  penghancur/pendobrak/penentang :

Di dalam novel "Rencana Besar". Seorang pembangkang membentuk sebuah serikat pekerja yang menuntut keadilan dan mengubah sistem yang bobrok. Kelompok  ini cenderung militan, garis keras, dan siap dipecat jika benar-benar membuat gusar pimpinan sistem tersebut. Biasanya seorang yang suka demo cocok untuk memimpin karakter ini. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah pemimpin karakter penghancur harus memiliki kontrol emosi dan tindakan yang mumpuni untuk menggiring dan mengendalikan massa. Jika pemimpin tidak mumpuni dalam hal ini, maka yang terjadi adalah terjadinya kerusuhan yang hanya akan menambah masalah yang ada.

Kedua, pembangun/loyalis

Karakter kedua adalah seorang pembangun/loyalis. Karakter ini adalah lawan dari karakter pertama. Biasanya seorang yang memiliki karakter ini adalah pegawai berprestasi/teladan dan disukai pemimpin perusahaan yang pro terhadap sistem yang ada tetapi diam-diam menggiring massa untuk merongrong sistem dari dalam. Seorang pembangun juga harus expert dalam merebut hati teman-temannya. Oleh karena itu dibutuhkan kecakapan komunikasi yang baik dan penampilan menarik menjadi nilai plus. Hehehe

Ketiga, pemikir

Karakter terakhir adalah seorang yang bekerja di "atas meja". Biasanya penyusun strategi dan pengacak-acak sistem dari dalam. Karakter ini harus memiliki intelektual yang tinggi. Harus pandai membaca situasi, menentukan momentum yang pas untuk menyerang sistem yang bobrok. Seorang pemikir harus menjadi penengah dari dua karakter berlawanan : pembangun vs penghancur.
***

Hhmmm... ternyata tidak hanya butuh karakter yang berlawanan dengan sistem yang ada sekarang (pembangkang, penghancur, pendobrak, pembuat rusuh) untuk mengubah sistem yang bobrok. Masih perlu dua karakter yang lain yang saling koordinasi dan mendukung. Dari hal tersebut saya jadi tau mengapa aksi menentang sebuah sistem yang bobrok hanya angin lalu dan dianggap menjadi fenomena yang biasa dan cenderung gagal.

Setelah tau, siapa saja yang dibutuhkan untuk mengubah sistem yang bobrok yang ada di sekitar kita. Masihkah kita diam, berpangku tangan, pasrah, ikut arus atau .... !!! Bang Widji Thukul dengan lantangnya berteriak " Hanya ada satu kata .... LAWAN !!!

Terakhir mengutip quote menarik dari "Inferno" - nya Dan Brown

 ---Tempat tergelap di neraka diperuntukkan bagi mereka.
     Yang tetap diam.
     Disaat krisis moral ---

Trenggalek, 30 April 2014


Senin, 14 April 2014

" Wakil Rakyat "


Warga gempar. Memecah gelap malam. Menambah suasana mencekam. Perempuan desa yang baru melahirkan, ditemukan meregang nyawa bersama anaknya. Warga menemukan tergantung pada seutas tali disamping jasad anaknya yang terbujur kaku di tikar. 

Seminggu sebelum kejadian, perempuan itu terlihat mondar mandir dengan tangis bayi dalam gendongan. Tangisnya semakin menjadi tatkala seorang lelaki, kepala desa, datang menghampiri. 

“Tasemi, awak perlu bicara dengan kau”. Kepala desa memulai perbincangan.

“Ada apa bapak kemari. Aku hanya perlu tanggung jawab. Tanggung jawab keluarga bapak”. Jawab Tasemi ketus.

“Aaahhhh kau, sampai kapanpun kehormatan keluargaku lebih berharga dari tanggung jawab apapun Tasemi. Sekarang awak butuh bantuanmu. Tolonglah kau coblos adikku biar dia jadi anggota dewan.”

“Haahh… Tak sudi  aku coblos adikmu yang tak punya tanggung jawab itu”. 

“Ingat Tasemi. Kau tau, anakmu yang sakit-sakitan itu butuh obat. Awak bisa saja mempersulit kau tuk dapat kartu jaminan kesehatan. Orang melarat seperti kau takkan sanggup beli obat dan anakmu tinggal menunggu waktu tuk meregang nyawa”. 

Tepat di hari pencoblosan, saat warga berbondong-bondong menuju TPS, rumah Tasemi masih tertutup rapat. Hingga Sapri, hansip desa menemukannya meregang nyawa bersama anaknya. Menurut cerita tetangga dekatnya, sang calon legislatif, adik Kepala Desalah ayah dari bayi malang itu hasil dari hubungan gelap. 

Tak sanggup menanggung malu dan biaya pengobatan anaknya yang sakit-sakitan. Gantung diri dengan seutas tali jalannya meraih kematian. 

Trenggalek, 13 April 2014