Senin, 14 April 2014

" Wakil Rakyat "


Warga gempar. Memecah gelap malam. Menambah suasana mencekam. Perempuan desa yang baru melahirkan, ditemukan meregang nyawa bersama anaknya. Warga menemukan tergantung pada seutas tali disamping jasad anaknya yang terbujur kaku di tikar. 

Seminggu sebelum kejadian, perempuan itu terlihat mondar mandir dengan tangis bayi dalam gendongan. Tangisnya semakin menjadi tatkala seorang lelaki, kepala desa, datang menghampiri. 

“Tasemi, awak perlu bicara dengan kau”. Kepala desa memulai perbincangan.

“Ada apa bapak kemari. Aku hanya perlu tanggung jawab. Tanggung jawab keluarga bapak”. Jawab Tasemi ketus.

“Aaahhhh kau, sampai kapanpun kehormatan keluargaku lebih berharga dari tanggung jawab apapun Tasemi. Sekarang awak butuh bantuanmu. Tolonglah kau coblos adikku biar dia jadi anggota dewan.”

“Haahh… Tak sudi  aku coblos adikmu yang tak punya tanggung jawab itu”. 

“Ingat Tasemi. Kau tau, anakmu yang sakit-sakitan itu butuh obat. Awak bisa saja mempersulit kau tuk dapat kartu jaminan kesehatan. Orang melarat seperti kau takkan sanggup beli obat dan anakmu tinggal menunggu waktu tuk meregang nyawa”. 

Tepat di hari pencoblosan, saat warga berbondong-bondong menuju TPS, rumah Tasemi masih tertutup rapat. Hingga Sapri, hansip desa menemukannya meregang nyawa bersama anaknya. Menurut cerita tetangga dekatnya, sang calon legislatif, adik Kepala Desalah ayah dari bayi malang itu hasil dari hubungan gelap. 

Tak sanggup menanggung malu dan biaya pengobatan anaknya yang sakit-sakitan. Gantung diri dengan seutas tali jalannya meraih kematian. 

Trenggalek, 13 April 2014

2 komentar: