Warga gempar. Memecah gelap
malam. Menambah suasana mencekam. Perempuan desa yang baru melahirkan,
ditemukan meregang nyawa bersama anaknya. Warga menemukan tergantung pada
seutas tali disamping jasad anaknya yang terbujur kaku di tikar.
Seminggu sebelum kejadian,
perempuan itu terlihat mondar mandir dengan tangis bayi dalam gendongan. Tangisnya
semakin menjadi tatkala seorang lelaki, kepala desa, datang menghampiri.
“Tasemi, awak perlu bicara dengan
kau”. Kepala desa memulai perbincangan.
“Ada apa bapak kemari. Aku hanya
perlu tanggung jawab. Tanggung jawab keluarga bapak”. Jawab Tasemi ketus.
“Aaahhhh kau, sampai kapanpun
kehormatan keluargaku lebih berharga dari tanggung jawab apapun Tasemi.
Sekarang awak butuh bantuanmu. Tolonglah kau coblos adikku biar dia jadi
anggota dewan.”
“Haahh… Tak sudi aku coblos adikmu yang tak punya tanggung
jawab itu”.
“Ingat Tasemi. Kau tau, anakmu
yang sakit-sakitan itu butuh obat. Awak bisa saja mempersulit kau tuk dapat
kartu jaminan kesehatan. Orang melarat seperti kau takkan sanggup beli obat dan
anakmu tinggal menunggu waktu tuk meregang nyawa”.
Tepat di hari pencoblosan, saat
warga berbondong-bondong menuju TPS, rumah Tasemi masih tertutup rapat. Hingga
Sapri, hansip desa menemukannya meregang nyawa bersama anaknya. Menurut cerita
tetangga dekatnya, sang calon legislatif, adik Kepala Desalah ayah dari bayi
malang itu hasil dari hubungan gelap.
Tak sanggup menanggung malu dan biaya pengobatan anaknya yang sakit-sakitan. Gantung diri dengan seutas tali jalannya meraih kematian.
Trenggalek, 13 April 2014
Ngenes banget critane......
BalasHapusHehehe... Terimakasih Mas Gobang udh mampir
BalasHapus