Lelaki itu bernama depan Arjuna. Kebetulan ibunya sangat
terkiul-kiul pada Master Chef Juna. “Pembawaanya laki banget.” Ujarnya. Tak
henti-hentinya dipandangi lewat layar kaca. Dalam jagad pewayangan, sosok
Arjuna dikenal sebagai penengah Pandawa di negara Amarta. Mampu menjadi magnet
bagi sebagian besar perempuan. Tanpa harus mengumbar kata-kata cinta. Begitulah
seharusnya lelaki. Melalui Arjuna kita dapat belajar bahwa lelaki seharusnya
memikat, bukan terpikat pada perempuan. Sebab, jika lelaki terpikat oleh
kecantikan perempuan, maka kemungkinan besar akan dibelokkan cita-citanya.
Seperti kata papatah bijak, “Setialah pada cita-citamu, bukan pasanganmu”.
Lelaki yang mampu “memikat” maka pasangannya tak kuasa membelokkan cita-cita
sosialnya. Bukankah sebaik-baiknya ibadah adalah berguna bagi sesama..??
Kebetulan juga Arjuna juga sangat jago bermain panah. Seharusnya
para orang tua memberlakukan anak bagai sebuah panah. Seorang anak itu bagai
“Anak panah yang keluar dari busurnya masing-masing”. Orang tua hanya sanggup
mengarahkan arah anak panah, tetapi anak panah akan mencari cita-citanya
sendiri sesuai dengan keinginannya. “Anakmu bukan anakmu...”
Pada suatu ketika, Raden Arjuna sedang bertapa selama 32
hari 32 malam. Ada apa dengan angka 32. Konon tak seorang sahabat dan
orang-orang di sekitar Arjuna yang tau. Ternyata angka 32 menyimpan filosofis kehidupan.
3 ditambah 2 sama dengan 5. Itulah Panca
wiwijangan (panca indera). Lalu, 3 kali 2 sama dengan 6. Sad wiwijangan (firasat). Dan jika 3
dipangkatkan 2 itu 9. Itulah jumlah lubang pada setiap insan. Babahan hawa sanga. Oiya jika 3 - 2 itu
sama dengan 1. Bukankah hanya “satu” yang patut kita sembah?? ... Bukankah saat
menghadapi problematika hidup kita harus mempertimbangkan dan menyeimbangkan
antara panca indera, firasat, hawa nafsu. Serta berujung pangkal pada yang Maha
Esa..
Nama tengahnya adalah Actarenkha. Jika ditelisik lebih
dalam, actar berasal dari bahasa arab yang berarti langit keberuntungan. Dan
bukan kebetulan juga lelaki itu lahir atas bantuan dr. Tutit Lazuardi, S.OG
yang jika diartikan “lazuardi” itu juga “langit”. Lelaki itu langit dan
perempuan itu bumi. Kemanapun lelaki berkelana pasti akan kembali pada bumi.
Dan langit mengajarkan pada kita agar tidak sombong. “Di atas langit, masih ada
langit” . Sedangkan Renkha tersendiri adalah utak-atik dari ERlik DiNa dan
harendHiKA.
Nama terakhirnya adalah Lukiswara. Dalam bahasa jawa, “woro”
berarti berani. “wara” juga diartikan sebagai bidadari. Jadi bisa dibilang
Lukiswara adalah lukisan bidadari. Bagi saya, seorang perempuan yang
mempertaruhkan nyawa demi melalui tahapan hidup untuk melahirkan bayi yang
dikandungnya adalah bidadari yang sesungguhnya. Arjuna Actarenkha adalah
lukisannya yang sangat berharga... dan
“Arjuna Actarenkha Lukiswara” nama lengkapnya.
November 2012
Erlik-Dhika