Source: wayang.wordpress.com |
Ada sebuah ungkapan : "Kita takkan pernah bisa merumuskan tujuan dengan baik tanpa tau dan mengenal darimana kita berasal" . Kemarin warga Trenggalek memperingati peristiwa yang terkenal dengan istilah "nyadran" atau bersih Dam Bagong. Ritual ini digelar setiap tahun oleh masyarakat Trenggalek terutama petani di malam jumat kliwon.
Kemudian, berbagai pertanyaan muncul di kepala saya. Apa sih sebenarnya ritual tesebut? Untuk apa memperingatinya? Siapa yang diperingati? dan kenapa harus dam yang ada di sungai Bagong... Dan terakhir kenapa harus kerbau sebagai hewan pengganti gajah putih. Bukan sapi, kambing, ayam bahkan kelinci.. heuheuheu
Setelah melalui pertapaan yang panjang dan semedi di alam Google, ternyata saya menemukan bahwa ritual warga perkotaan Trenggalek itu sebagai wujud rasa syukur dan permohonan keselamatan dari ancaman bahaya. Bersih dam bagong diperingati karena keberadaan Dam bagong sangat berarti bagi pertanian 4 kecamatan di Kabupaten Trenggalek. Dan tentunya yang diperingati adalah Ki Ageng Menak Sopal.. Siapa Ki Ageng Menak Sopal? Dia adalah orang yang mencetuskan pembangunan Dam setelah prihatin dengan kondisi pertanian di perkotaan Trenggalek yang sulit mendapatkan air. Terus, kenapa harus kerbau?? Ternyata kerbau memiliki berbagai keistimewaan yang dapat dilihat DISINI - "Sang Prabu yang dipadakno kebo" -
Disini, perhatian saya tertuju pada keberadaan Dam dan saluran irigasi yang dibangun dan dikembangkan oleh Menak Sopal. Melalui prasarana sumber daya air tersebut, sangat mungkin pengembangan kota Trenggalek bermula. Pada awalnya, kota Trenggalek memiliki potensi yang sangat besar dibidang pertanian karena kesuburan tanahnya. Hal ini tak dapat dipungkiri bahwa kota Trenggalek adalah cekungan yang dikelilingi oleh deretan gunung. Cekungan menjadi subur ini terbentuk karena unsur hara dari gunung-gunung tersebut yang terbawa dan tergerus air hujan bahkan banjir sehingga mengendap di kawasan yang lebih datar.
Melihat potensi tersebut, maka Menak Sopal membendung sungai Bagong dengan membangun dam. Selain jaringan jalan sebagai aksesibilitas penduduk, bangunan dam beserta jaringan irigasi membentuk kota Trenggalek. Jaringan irigasi dan jaringan jalan berfungsi sebagai struktur ruang cikal bakal kota Trenggalek pada masa itu. Berdasarkan sejarah tersebut, maka bisa digarisbawahi bahwa perancangan kota pada masa lalu dipengaruhi oleh pengembangan jaringan irigasi untuk mengembangkan sektor pertanian. Trenggalek dirancang sang arsitek dengan konsep "Kota Pertanian".
Lalu, bagaimana pengembangan kota Trenggalek di masa depan? Mari sejenak kita kembali ke ungkapan yang saya singgung di depan. Bahwa "Kita takkan bisa merumuskan tujuan dengan baik tanpa tau dan mengenal darimana kita berasal". Kota ini dibangun dan dikembangkan oleh arsitek kota yang sangat tau akan potensi dan permasalahan kota. Dengan mengenal asal - usul kota Trenggalek melalui kisah Menak Sopal, maka sudah seyogyanya para pengambil kebijakan dan perencana kota dengan bijak mengambangkan kotanya di masa depan. Memang tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan lahan pertanian (sawah) di perkotaan sangat rentan terhadap alih fungsi (konversi) lahan. Apakah kita mendukung konversi lahan tersebut demi modernisasi dan globalisasi. Saya rasa kurang bijak jika kita melegalkan alih fungsi lahan sawah di kota untuk pembangunan yang berlebihan. Harus dibatasi mana yang boleh dialihfungsikan mana yang harus dipertahankan.
Tak ada salahnya konsep "Kota Pertanian" diterapkan di perkotaan Trenggalek dengan tetap mempertahankan lahan sawah yang layak dipertahankan. Coba bayangkan 20 tahun mendatang, kita tetap bisa menikmati hamparan sawah yang hijau dan anak cucu kita pun dapat bermain layang-layang di dalamnya. Sebuah imajinasi yang tak mustahil jika kita memperjuangkannya.
Melalui berbagai tradisi leluhur yang turun-temurun seperti bersih Dam bagong-lah kita dapat mengambil pelajaran. Terlepas dari kebenaran cerita tentang Menak Sopal dengan berbagai ritual gaib demi mewujudkan impiannya membangun dam dan jaringan irigasi. Boleh saja kita tidak percaya dan menganggapnya hanya sekedar mitos ataupun imajinasi belaka. Namun, bukti mahakarya sang arsitek berupa dam sudah ada sejak dulu. Jaringan irigasi kota tertata dengan rapi. Ratusan hektar hamparan sawah teraliri.
Terakhir tak usah sinis dan skeptis terhadap sebuah tradisi. Terlepas dari kebenaran yang sering diselimuti awan keragu-raguan. Yang jelas mari ambil sisi lain dari sebuah tradisi. Seperti ungkapan "Ada makna dibalik sebuah peristiwa" ... heuheuheuheu...
*Dam : bendungan kecil
Follow me on twitter : @harend26