Waktu menunjukkan pukul 16.35. Rebahan tubuh ini terasa nikmat
setelah seharian disibukkan dengan agenda-agenda rapat di kantor. Ditemani
dengan sebatang rokok dan segelas kopi, tubuh nya masih tersandar di balkon
belakang rumah. Tempat favoritnya setiap datang senja.
****
Ingatannya seakan kembali merembes
lorong waktu dimana dia bersama teman-temannya selalu menghabiskan waktu
bersama. Sepulang sekolah. Lima belas tahun yang lalu. Waktu dimana dia dengan
bebas menendang bola di hamparan pasir putih keemasan. Tepi sungai. Ikan-ikan
berlarian kesana kemari menyusuri bebatuan. Atau perang-perangan di tengah
hamparan semak. Tak perlu bayar.
Saat itu, pinggiran sungai
tersebut seakan menjadi ruang publik tuk anak-anak bermain. Di sela-sela
permainan mereka, muncul beberapa orang yang pengen buang hajat di sungai.
Maklum, air sungai ini begitu jernih diselingi dengan gemericik air melewati
bebatuan. Hal inilah yang mungkin mendorong orang-orang tersebut lebih senang
buang hajat di sungai meskipun di rumah sudah memiliki wc masing-masing. Suara
gemericik air akan meredakan beban hidup mereka. Mungkin....
Keisengan merekapun terkadang
membuat orang-orang merasa jengkel. Lubang-lubang mereka gali dan ditutup
dengan dedaunan dan sedikit pasir jadilah jebakan. Biasanya mereka mengawasi
jebakan dari balik semak-semak sambil tertawa terkekeh-kekeh jika memakan
korban...
Setelah lelah bermain bola,
anak-anak biasanya langsung menceburkan tubuhnya ke sungai. Tak jarang pula,
mereka berkejaran dengan ikan. Ikan inilah yang akan menghapus rasa lapar
setelah bermain. Dibakar. Kobaran api pun sedikit menghangatkan badan.
Jika mereka bosan bermain-main di
bibir sungai, anak-anak sesekali mencuri pandang mengintip orang-orang
memancing. Tak jauh dari tempat mereka bermain, terdapat kolam pemancingan
ikan. Di tempat itu, sering diadakan festival mancing yang mampu menyedot
pemancing dari luar kota. Kadang pemancing dengan senang hati memberi ikan
hasil tangkapan pada mereka. Nikmat sekali rasanya waktu itu..
****
Tak terasa kopi sudah menunjukkan
ampasnya, asbak pun sudah penuh sesak dengan puntung rokok. Matahari pun sudah
ada di balik gunung di ufuk barat. Langit masih keemasan. Namun sudah tak
seindah ketika dia masih kecil. Kenangan itu masih dengan jelas di benaknya..
Tempat bermainnya ketika masih
kecil sudah berubah wujud. Tak ada lagi hamparan pasir putih, tempat memancing
ikan, sungai dengan bebatuan serta suara gemericik air. Ikan-ikan sudah tak
sebanyak dulu. Tak ada lagi semak belukar tuk perang-perangan. Tak dapat lagi
pergi kesana. Tak ada lagi. Terbangun dengan kokoh tembok tinggi. Hutan beton
berdiri diantaranya.
Sekarang tinggal kenangan.
Padahal ada ungkapan “Kita takkan bisa merumuskan tujuan dengan baik tanpa tau
dan mengenal asal-usul dengan baik”. Demi arus modernisasi “asal-usul” tersebut
telah dilenyapkan. Modernisasi telah melenyapkan kenangannya bahkan anak
cucunya tak dapat menikmatinya. Lantas, dimana kelak mereka bermain?? Kasihan
sekali generasi sekarang.... Semoga mereka tak merasa dikasihani. Lelap...
Senja telah pulang. Senja yang hilang.
Follow me on twitter : @harend26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar