Minggu, 09 September 2012

Senja Tlah Berpulang


Waktu menunjukkan pukul  16.35. Rebahan tubuh ini terasa nikmat setelah seharian disibukkan dengan agenda-agenda rapat di kantor. Ditemani dengan sebatang rokok dan segelas kopi, tubuh nya masih tersandar di balkon belakang rumah. Tempat favoritnya setiap datang senja. 

****

Ingatannya seakan kembali merembes lorong waktu dimana dia bersama teman-temannya selalu menghabiskan waktu bersama. Sepulang sekolah. Lima belas tahun yang lalu. Waktu dimana dia dengan bebas menendang bola di hamparan pasir putih keemasan. Tepi sungai. Ikan-ikan berlarian kesana kemari menyusuri bebatuan. Atau perang-perangan di tengah hamparan semak. Tak perlu bayar. 

Saat itu, pinggiran sungai tersebut seakan menjadi ruang publik tuk anak-anak bermain. Di sela-sela permainan mereka, muncul beberapa orang yang pengen buang hajat di sungai. Maklum, air sungai ini begitu jernih diselingi dengan gemericik air melewati bebatuan. Hal inilah yang mungkin mendorong orang-orang tersebut lebih senang buang hajat di sungai meskipun di rumah sudah memiliki wc masing-masing. Suara gemericik air akan meredakan beban hidup mereka. Mungkin.... 

Keisengan merekapun terkadang membuat orang-orang merasa jengkel. Lubang-lubang mereka gali dan ditutup dengan dedaunan dan sedikit pasir jadilah jebakan. Biasanya mereka mengawasi jebakan dari balik semak-semak sambil tertawa terkekeh-kekeh jika memakan korban... 

Setelah lelah bermain bola, anak-anak biasanya langsung menceburkan tubuhnya ke sungai. Tak jarang pula, mereka berkejaran dengan ikan. Ikan inilah yang akan menghapus rasa lapar setelah bermain. Dibakar. Kobaran api pun sedikit menghangatkan badan. 

Jika mereka bosan bermain-main di bibir sungai, anak-anak sesekali mencuri pandang mengintip orang-orang memancing. Tak jauh dari tempat mereka bermain, terdapat kolam pemancingan ikan. Di tempat itu, sering diadakan festival mancing yang mampu menyedot pemancing dari luar kota. Kadang pemancing dengan senang hati memberi ikan hasil tangkapan pada mereka. Nikmat sekali rasanya waktu itu..

****

Tak terasa kopi sudah menunjukkan ampasnya, asbak pun sudah penuh sesak dengan puntung rokok. Matahari pun sudah ada di balik gunung di ufuk barat. Langit masih keemasan. Namun sudah tak seindah ketika dia masih kecil. Kenangan itu masih dengan jelas di benaknya.. 

Tempat bermainnya ketika masih kecil sudah berubah wujud. Tak ada lagi hamparan pasir putih, tempat memancing ikan, sungai dengan bebatuan serta suara gemericik air. Ikan-ikan sudah tak sebanyak dulu. Tak ada lagi semak belukar tuk perang-perangan. Tak dapat lagi pergi kesana. Tak ada lagi. Terbangun dengan kokoh tembok tinggi. Hutan beton berdiri diantaranya. 

Sekarang tinggal kenangan. Padahal ada ungkapan “Kita takkan bisa merumuskan tujuan dengan baik tanpa tau dan mengenal asal-usul dengan baik”. Demi arus modernisasi “asal-usul” tersebut telah dilenyapkan. Modernisasi telah melenyapkan kenangannya bahkan anak cucunya tak dapat menikmatinya. Lantas, dimana kelak mereka bermain?? Kasihan sekali generasi sekarang.... Semoga mereka tak merasa dikasihani. Lelap... Senja telah pulang. Senja yang hilang. 

 
Follow me on twitter : @harend26 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar